Pengertian reliabilitas,
jenis Reabilitas, Dan Model Pengujian Reabilitas
Walizer (1987) menyebutkan
pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.
Menurut John M. Echols dan Hasan
Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995:
21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test
score are free from error measurement"
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295)
reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk
tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004:
28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut
dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki
tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes
dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun
dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas
adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap
dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil
yang berbeda-beda.
Pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik (Feldt & Brennan,
1989: 105)
Berdasarkan sejarah,
reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan
baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan: 105). Kedua
statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran
merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor
sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan
merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan
pengukuran.
Jenis-jenis Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua
cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:
§ Relibilitas stabilitas.
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau
setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini
menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur
pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk
dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya
haruslah sama atau hampir sama.
§ Reliabilitas ekivalen. Menyangkut
usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada
waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau
lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan
pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya yang diukur.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya yang diukur.
A. Metode pengujian reliabilitas
1. Test – retest
Instrument penelitian yang reabilitasnya
diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa
kali para responden . jadi dalam hal ini instrumen
ya sama respondenya sama dan waktunya berbeda. Reabillitas diukur dari koefisien reabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian ini juga disebut stability .
ya sama respondenya sama dan waktunya berbeda. Reabillitas diukur dari koefisien reabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian ini juga disebut stability .
2. Pengujian dua instrumen yang ekuivalen .
Instrumen yang ekuivalen adalah
pertanyaan yang secara bahasa berbeda , tetapi maksudnya sama . pengujian
reabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumenya dua, pada
responden yang sama, waktu sama, instrument berbeda. Reabilitas instrument
dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan
data instrument yang dijadikan ekuivalen . bila korelasi positif dan signifikan
, maka instrument dapat dinyatakan reliable .
3. Gabungan
Pengujian reabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan
dua instrument yang ekuivalen beberapa kali , keresponde yang sama. Jadi cara
ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reabilitas instrument dilakukan
dengan cara mengkorelasikan dua instrument , setelah itu dikorelasikan pada
pengujian kedua , dan selanjutnya dikorelasikan secara silang .
Jika
dalam dua kali pengujian dalam waktu berbeda, maka akan dapat dianalisis
keenam koefisien reabilitas . keenam koefisien korelasi itu semuanya positif
dan signifikan , maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliabel .
4. Internal consistency
Pengujian resbilitas ini dilakukan
dengan cara mencobakan instrument sekali saja kemudian yang diperoleh dengan
teknik tertentu . hasil analisi dapat digunakan untuk memprediksi reliiabilitas
instrument . pengujian reabilitas instrument dapat dilakukan dengan teknik
beladua dari spearman brown , KR 20 , KR 21 , dan Anova Hoyt .
A. rumus spearman brown
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrument
rb =
korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua
B. rumus KR 20
Keterangan :
r11 = reliabilitas
instrumen
Vt = varians skor total
Vt = varians skor total
k = banyaknya butir pertanyaan
p = proporsi subyek yang mendapat skor 1
p = proporsi subyek yang mendapat skor 1
q = proporsi
subyek yang mendapat skor 0
C. rumus KR 21
r11 =
reliabilitas instrumen
Vt = varians skor total
k = banyaknya butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt = varians skor total
k = banyaknya butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Pengertian
validitas,
jenis validitas dan model pengujian validitas
Menurut Azwar (1986) Validitas
berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Jenis-jenis Validitas Ebel (dalam Nazirz
1988) membagi validitas menjadi :
§ Concurrent Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.
§ Construct Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh
suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat
menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
§ Face Validity adalah validitas
yang berhuubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa
yang seharusnya hendak diukur
§ Factorial Validity dari sebuah
alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan
dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana validitas ini
diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
§ Empirical Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria.
Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin
diramalkan oleh pengukuran.
§ Intrinsic Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh
bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu alat ukur benar-benar
mengukur apa yang seharusny diukur.
§ Predictive Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerj
seorang di msa mendatang.
§ Content Validity adalah
validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
§ Curricular Validity adalah
validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai
seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur
aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Pengujian Validitas
1. Pengujian validitas konstruk
Untuk menguji validitas konstruk
maka dapat digunakan pendapat dari para ahli , para ahli diminta pendapatnya
tentang instrument yang telah dikonstruksikan mungkin para ahli akan member
pendapat : instrument dapat digunakan tanpa perbaikan , ada perbaikan , dan
mungkin dirombak total .
Setelah
pengujian konstruk dari ahli selesai maka selanjutnya uji coba instrument.
Instrument yang telah di setujui para ahli dicobakan pada sample dari populasi
dan di ambil setelah di tabulasi maka pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan analisis factor , yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrument . untuk keperluan maka diperlukan bantuan computer .
2. Pengujian validitas isi
Untuk instrument dalam bentuk
tes, maka pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrument dengan materi yang telah di ajarkan .untuk instrument yang akan
mengukur efektifitas pelaksanaan program , maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan
yang telah di tetapkan . secara teknis pengujian validitas konstruksi dan
validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrument pada kisi-kisi tersebut
terdapat variable , indicator sebagai tolak ukur dan nomor item pertanyaan yang
telah dijabarkan dari indicator . dengan kisi-kisi instrument tersebut maka uji
validitas dapat dilakukan dengan mudah . untuk menguji validitas item tersebut
lebih lanjut , setelah dikonsultasikan dengan ahli item instrument tersebut
diuji coba kan dan dianalisis oleh item .analisi item dilakukan dengan
menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan skor total , atau
dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan
jawaban tinggi dan jawaban rendah.
3. Pengujian validitas eksternal
Validitas instrument diuji
dengan cara membandingkan antara criteria yang ada pada instrument dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan . instrument penelitian yang
mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian
mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula penelitian mempunyai validitas
eksternal bila hasil penelitian dapat di generalisasikan pada sample lain dalam
populasi yang diteliti . untuk meningkatkan validitas eksternal , selain
meningkatkan validitas eksternal instrument , maka dapat dilakukan dengan
memperbesar jumlah sample .
Postingan
kali ini tentang populasi, sampel, dan pengujian pengujian hipotesis deskriptif
.. check this out ^^
PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF.
A.
STATISTIK PARAMETRIS.
Terdapat beberapa macam teknik statistik
yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif. Tabel di bawah ini
menggambarkan teknik statistik yang dipakai sesuai dengan jenis data yang
diperoleh:
No
|
Jenis / tingkatan data
|
Teknik Statistik yang digunakan untuk pengujian
|
1
|
Nominal
|
1.
Test Binomial
2.
Chi kuadrat ( 1 sampel )
|
2
|
Ordinal
|
1. Run test
|
3
|
Interval / ratio
|
t – test
|
Sesuai tabel diatas, statistik parametris
yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila datanya interval
atau rasio adalah t-test 1 sampel.
Terdapat dua macam pengujian hipotesis
deskriptif, yaitu dengan uji dua pihak (two
tail test) dan uji satu
pihak (one tail test). Uji satu fihak ada dua macam yaitu uji fihak kanan dan uji
fihak kiri. Jenis uji mana yang akan digunakan tergantung bunyi kalimat
hipotesisnya.
Rumus
t-test yang digunakan untuk menghitung adalah:
t = nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung.
=
rata-rata sampel.
o = nilai yang
dihipotesiskan.
s = simpangan baku.
n = jumlah anggota sampel.
1. Uji Dua Fihak (Two Tail Test).
Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis
nol (Ho) berbunyi ” sama dengan ” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi ”
tidak sama dengan ”. ( Ho = ; Ha ).
Dalam pengujian hipotesis yang mengunakan
uji dua pihak ini berlaku ketentuan, bahwa bila harga t hitung berada dalam
daerah penerimaan Ho atau terletak diantara harga tabel, maka Ho diterima dan
Ha ditolak. Dengan demikian bila harga t hitung
kurang dari atau sama dengan harga tabel, maka Ho diterima. Harga t hitung merupakan harga mutlak.
2. Uji Satu Fihak (One Tail Test).
a.
Uji pihak kiri.
Uji pihak kiri digunakan apabila
hipotesis nol (Ho) berbunyi ”lebih besar dari atau sama dengan” dan hipotesis
alternatif (Ha) berbunyi ” lebih kecil ”.
Contoh :
Ho : Daya tahan lampu merk A paling sedikit 400
jam (
400 jam).
Ha : Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari ( ) 400 jam.
Atau dapat ditulis :
Ho : o 400 jam.
Ha : o 400 jam.
Apabila diperoleh harga t hitung lebih
besar atau sama dengan nilai t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b.
Uji pihak kanan.
Uji pihak kanan digunakan apabila
hipotesis nol (Ho) berbunyi ”lebih kecil dari atau sama dengan” dan hipotesis
alternatifnya berbunyi ” lebih besar ”.
Contoh :
Ho : Daya tahan lampu merk A paling lama 400 jam (
400 jam).
Ha : Daya tahan lampu merk A lebih besar dari ( ) 400 jam.
Atau dapat ditulis :
Ho : o 400 jam.
Ha : o 400 jam.
Apabila diperoleh harga t hitung lebih
kecil atau sama dengan nilai t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
B.
STATISTIK NONPARAMETRIS.
1.
TEST BINOMIAL
Test binomial
digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua kelompok
klas, datanya berbentuk nominal dan jumlahnya kecil ( kurang dari 25).
Dua kelompok
kelas itu misalnya kelas pria dan wanita, senior dan yunior, sarjana dan bukan
sarjana, kaya dan miskin, pemimpin dan rakyat, dsb.
Test ini
dinamakan test Binomial karena distribusi data dalam populasi itu berbentuk
Binomial. Distribusi Binomial adalah suatu distribusi yang terdiri dari dua
kelas, sehingga bila dalam suatu populasi yang jumlahnya N, terdapat satu kelas
yang berkategori x, maka kategori yang lain adalah ( N – x ). Sehingga
probabilitas untuk memperoleh x obyek dalam satu kategori dan (N – x) dalam
kategori yang lain adalah :
P(x) = ( N C x )
p x . q (N-x)
Selanjutnya dalam
menentukan nilai probablitas, dapat menggunakan tabel yang tersedia (Tabel IV
dari buku Prof. Dr. Sugiyono).
Ho : p1
= p 2 = 0.5.
Ha : p1
≠ p 2 ≠ 0.5.
Kaidah
pengambilan keputusan: Bila harga p hitung lebih besar dari taraf signifikan
yang ditetapkan, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2.
Chi Kuadrat ( χ 2 ).
Chi kuadrat satu
sampel digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua
atau lebih kelas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar.
Misalnya untuk
mengetahui kemungkinan masyarakat memilih dua calon Kepala Desa di Tambakberas
Jombang. Calonnya adalah pria dan wanita. Sampel diambil sebanyak 300 orang.
Ternyata 200 orang memilih pria dan 100 orang memilih wanita.
Hipotesisnya
adalah:
Ho : Peluang
calon pria dan wanita adalah sama..
Ha : Peluang
calon pria dan wanita adalah tidak sama.
Pengambilan
keputusan: Bila Chi kuadrat hitung lebih
kecil dari nilai Chi kiuadrat tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak dan
sebaliknya. (Tabel VI dari buku Prof. Dr. Sugiyono).
3.
Run Test
Run test
digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila skala
pengukurannya ordinal. Run test digunakan untuk mengukur urutan suatu kejadian.
Pengujian dilakukan dengan cara mengukur kerandoman populasi yang didasarkan
atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
Pengujian Ho
dilakukan dengan membandingkan jumlah run dalam tabel observasi dengan nilai
yang ada dalam tabel VIIa dan VII b dengan tingkat signifikansi tertentu.
Kaidah
pengambilan keputusannya sebagai berikut:
Bila
nilai run observasi berada diantara nilai run kecil (VIIa) dan run besar
(VIIb), maka Ho diterima dan Ha ditolak.
RUMUSAN HIPOTESIS
A.
DEFINISI.
Dalam statistik, hipotesis dapat
diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Dalam
penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.
B.
BENTUK RUMUSAN HIPOTESIS.
Bentuk-bentuk rumusan hipotesis
penelitian, sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari
tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
●
Hipotesis deskriptif (variabel mandiri).
●
Hipotesis komparatif (perbandingan).
●
Hipotesis asosiatif (hubungan)
1.
Hipotesis Deskriptif.
Adalah dugaan tentang nilai suatu
variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Perhatikan beberapa
contoh dibawah ini !
No
|
Rumusan masalah
|
Hipotesis
|
1
|
Seberapa lama
daya tahan lampu merk X ?
|
Daya tahan
lampu merk X mencapai 800 jam
|
2
|
Seberapa besar
produktivitas jagung di kabupaten Jombang ?
|
Produktivitas
jagung di kabupaten Jombang 10 ton/ha.
|
3
|
Seberapa baik
kepemimpinan di instansi A ?
|
Kepemimpinan di
instansi A telah mencapai 75 % dari
yang diharapkan.
|
4
|
Seberapa
semangat belajar mahasiswa Prodi Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang ?
|
Semangat
belajar mahasiswa Prodi Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang = 75% dari criteria
ideal yang ditetapkan.
|
2.
Hipotesis Komparatif.
Hipotesis Komparatif adalah pernyataan
yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda.
Contoh:
No
|
Rumusan masalah
|
Hipotesis
|
1
|
Bagaimana
prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan
Tinggi Y.
|
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan
Tinggi Y.
b. Ho : Prestasi belajar mahasiswa
Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan ( )Perguruan Tinggi Y.
c.
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau
sama dengan ( )Perguruan Tinggi Y.
|
3.
Hipotesis Hubungan (Asosiatif).
Hipotesis Asosiatif adalah suatu
pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
Contoh :
No
|
Rumusan masalah
|
Hipotesis
|
1
|
Adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran dengan prestasi
belajar siswa.
|
Ho : Tidak
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar
siswa.
Ha : Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara
metode pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.
|
2
|
Adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan
prestasi belajar siswa.
|
Ho : TIdak terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara metode pembelajaran
dengan prestasi belajar siswa.
Ha : Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara
tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa.
|
Karakteristik
hipotesis yang baik:
1.
Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih.
2.
Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafsiran.
3.
Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode – metode
ilmiah.
C.
TARAF KESALAHAN DALAM PENGUJIAN
HIPOTESIS.
Pada dasarnya, menguji hipotesis adalah
menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir,
yaitu, a point estimate dan interval estimate atau sering disebut confidence
interval. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan satu nilai data sampel. Sedangkan ionterval estimate
(taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai
interval data sampel.
Contoh :
●
Daya tahan kerja orang Indonesia adalah 10 jam/hari (a point
estimate).
●
Daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai 12 jam/hari.
(interval estimate).
Menaksir (menyusun hipotesis) menggunakan
nilai tunggal (a point estimate) mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Makin besar interval
taksirannya, maka akan semakin kecil kesalahannya.
D.
DUA KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS.
Dalam menaksir parameter populasi
berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu:
1.
Kesalahan type I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol
(Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan
dinyatakan dengan ά (alpha).
2.
Kesalahan type II adalah suatu kesalahan bila menerima hipotesis nol
yang salah (seharusnya ditolak). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan
dengan β (betha)
Bila nilai statistik (data sampel) yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data, sama dengan nilai parameter polpulasi
atau berada pada nilai interval parameter populasi, maka hipotesis yang
dirumuskan 100% diterima atau tidak terdapat kesalahan. Apabila nilai statistic
di luar parameter populasi, maka akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini akan
semakin besar bila nilai statistic jauh dari nilai parameter populasi.