Minggu, 23 November 2014
Posted by Silvia Astri Ys(AZifah)

Pengertian reliabilitas, jenis Reabilitas, Dan Model Pengujian Reabilitas



Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.
          Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test score are free from error measurement"
          Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang.

          Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan: 105). Kedua statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing. Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.


Jenis-jenis Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:

§  Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
§  Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya yang diukur.

A. Metode pengujian reliabilitas

1. Test – retest
Instrument penelitian yang reabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberapa kali para responden . jadi dalam hal ini instrumen
ya sama respondenya sama dan waktunya berbeda. Reabillitas diukur dari koefisien reabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian ini juga disebut stability .

2. Pengujian dua instrumen  yang ekuivalen .
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda , tetapi maksudnya sama . pengujian reabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrument berbeda. Reabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalen . bila korelasi positif dan signifikan , maka instrument dapat dinyatakan reliable .

3. Gabungan
Pengujian reabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang ekuivalen beberapa kali , keresponde yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reabilitas instrument dilakukan dengan cara mengkorelasikan dua instrument , setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua , dan selanjutnya dikorelasikan secara silang .
Jika  dalam dua kali pengujian dalam waktu berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reabilitas . keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan , maka dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliabel .



4. Internal consistency
Pengujian resbilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja kemudian yang diperoleh dengan teknik tertentu . hasil analisi dapat digunakan untuk memprediksi reliiabilitas instrument . pengujian reabilitas instrument dapat dilakukan dengan teknik beladua dari spearman brown , KR 20 , KR 21 , dan Anova Hoyt .


A. rumus spearman brown

download (1).jpgjjj.jpg


Keterangan :
 ri      = reliabilitas internal seluruh instrument
rb       = korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua

B. rumus KR 20

download.png

Keterangan :         
r11 = reliabilitas instrumen
 Vt = varians skor total 
 k = banyaknya butir pertanyaan
 p = proporsi subyek yang mendapat skor 1 
 q = proporsi subyek yang mendapat skor 0 
                                       
C. rumus KR 21
download (1).png
r11 = reliabilitas instrumen
 Vt = varians skor total
  k = banyaknya butir pertanyaan
 M = skor rata-rata 



Posted by Silvia Astri Ys(AZifah)

Pengertian validitas, jenis validitas dan model pengujian validitas



Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Jenis-jenis Validitas Ebel (dalam Nazirz 1988) membagi validitas menjadi :

§  Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.  
§  Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
§  Face Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur
§  Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
§  Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
§  Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusny diukur.
§  Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerj seorang di msa mendatang.
§  Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
§  Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Pengujian Validitas
1. Pengujian validitas konstruk
Untuk menguji validitas konstruk maka dapat digunakan pendapat dari para ahli , para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah dikonstruksikan mungkin para ahli akan member pendapat : instrument dapat digunakan tanpa perbaikan , ada perbaikan , dan mungkin dirombak total .
          Setelah pengujian konstruk dari ahli selesai maka selanjutnya uji coba instrument. Instrument yang telah di setujui para ahli dicobakan pada sample dari populasi dan di ambil setelah di tabulasi maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis factor , yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrument . untuk keperluan maka diperlukan bantuan computer .

2. Pengujian validitas isi
Untuk instrument dalam bentuk tes, maka pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi yang telah di ajarkan .untuk instrument yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program , maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah di tetapkan . secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrument pada kisi-kisi tersebut terdapat variable , indicator sebagai tolak ukur dan nomor item pertanyaan yang telah dijabarkan dari indicator . dengan kisi-kisi instrument tersebut maka uji validitas dapat dilakukan dengan mudah . untuk menguji validitas item tersebut lebih lanjut , setelah dikonsultasikan dengan ahli item instrument tersebut diuji coba kan dan dianalisis oleh item .analisi item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan skor total , atau dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah.

3. Pengujian validitas eksternal 

Validitas instrument diuji dengan cara membandingkan antara criteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan . instrument penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat di generalisasikan pada sample lain dalam populasi yang diteliti . untuk meningkatkan validitas eksternal , selain meningkatkan validitas eksternal instrument , maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sample . 
Jumat, 21 November 2014
Posted by Silvia Astri Ys(AZifah)
Postingan kali ini tentang populasi, sampel, dan pengujian pengujian hipotesis deskriptif .. check this out ^^



PENGUJIAN HIPOTESIS DESKRIPTIF.

A.             STATISTIK PARAMETRIS.
Terdapat beberapa macam teknik statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif. Tabel di bawah ini menggambarkan teknik statistik yang dipakai sesuai dengan jenis data yang diperoleh:

No
Jenis / tingkatan data
Teknik Statistik yang digunakan untuk pengujian
1
Nominal
1.       Test Binomial
2.       Chi kuadrat ( 1 sampel )
2
Ordinal
1.       Run test
3
Interval / ratio
t – test
Sesuai tabel diatas, statistik parametris yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila datanya interval atau rasio adalah t-test 1 sampel.
Terdapat dua macam pengujian hipotesis deskriptif, yaitu dengan uji dua pihak (two tail test) dan uji satu pihak (one tail test). Uji satu fihak  ada dua macam yaitu uji fihak kanan dan uji fihak kiri. Jenis uji mana yang akan digunakan tergantung bunyi kalimat hipotesisnya.
Rumus  t-test yang digunakan untuk menghitung adalah:

 t = nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung.
  = rata-rata sampel.
 o = nilai yang dihipotesiskan.
 s = simpangan baku.
 n = jumlah anggota sampel.

1.       Uji Dua Fihak (Two Tail Test).
Uji dua pihak digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi ” sama dengan ” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi ” tidak sama dengan ”. ( Ho = ; Ha ).
Dalam pengujian hipotesis yang mengunakan uji dua pihak ini berlaku ketentuan, bahwa bila harga t hitung berada dalam daerah penerimaan Ho atau terletak diantara harga tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian bila harga t hitung kurang dari atau sama dengan harga tabel, maka Ho diterima. Harga t hitung merupakan harga mutlak.

2.       Uji Satu Fihak (One Tail Test).
a.          Uji pihak kiri.
Uji pihak kiri digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi ”lebih besar dari atau sama dengan” dan hipotesis alternatif (Ha) berbunyi ” lebih kecil ”.
Contoh :
Ho   :   Daya tahan lampu merk A paling sedikit 400 jam (   400 jam).
Ha   :   Daya tahan lampu merk A lebih kecil dari  ( ) 400 jam.
Atau dapat ditulis :
Ho   :   o 400 jam.
Ha   :   o 400 jam.
Apabila diperoleh harga t hitung lebih besar atau sama dengan nilai t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b.          Uji pihak kanan.
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi ”lebih kecil dari atau sama dengan” dan hipotesis alternatifnya berbunyi ” lebih besar ”.
Contoh :
Ho   :   Daya tahan lampu merk A paling lama 400 jam (   400 jam).
Ha   :   Daya tahan lampu merk A lebih besar dari  ( ) 400 jam.
Atau dapat ditulis :
Ho   :   o 400 jam.
Ha   :   o 400 jam.
Apabila diperoleh harga t hitung lebih kecil atau sama dengan nilai t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

B.             STATISTIK NONPARAMETRIS.
1.              TEST BINOMIAL
Test binomial digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua kelompok klas, datanya berbentuk nominal dan jumlahnya kecil ( kurang dari 25).
Dua kelompok kelas itu misalnya kelas pria dan wanita, senior dan yunior, sarjana dan bukan sarjana, kaya dan miskin, pemimpin dan rakyat, dsb.
Test ini dinamakan test Binomial karena distribusi data dalam populasi itu berbentuk Binomial. Distribusi Binomial adalah suatu distribusi yang terdiri dari dua kelas, sehingga bila dalam suatu populasi yang jumlahnya N, terdapat satu kelas yang berkategori x, maka kategori yang lain adalah ( N – x ). Sehingga probabilitas untuk memperoleh x obyek dalam satu kategori dan (N – x) dalam kategori yang lain adalah :
P(x) = ( N C x ) p x . q (N-x)
Selanjutnya dalam menentukan nilai probablitas, dapat menggunakan tabel yang tersedia (Tabel IV dari buku Prof. Dr. Sugiyono).
Ho   :       p1 = p 2 = 0.5.
Ha   :       p1 ≠ p 2 ≠ 0.5.
Kaidah pengambilan keputusan: Bila harga p hitung lebih besar dari taraf signifikan yang ditetapkan, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

2.              Chi Kuadrat ( χ 2 ).
Chi kuadrat satu sampel digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar.
Misalnya untuk mengetahui kemungkinan masyarakat memilih dua calon Kepala Desa di Tambakberas Jombang. Calonnya adalah pria dan wanita. Sampel diambil sebanyak 300 orang. Ternyata 200 orang memilih pria dan 100 orang memilih wanita.
Hipotesisnya adalah:
Ho   :       Peluang calon pria dan wanita adalah sama..
Ha   :       Peluang calon pria dan wanita adalah tidak sama.
Pengambilan keputusan: Bila Chi kuadrat hitung lebih kecil dari nilai Chi kiuadrat tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak dan sebaliknya. (Tabel VI dari buku Prof. Dr. Sugiyono).
3.              Run Test
Run test digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel bila skala pengukurannya ordinal. Run test digunakan untuk mengukur urutan suatu kejadian. Pengujian dilakukan dengan cara mengukur kerandoman populasi yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
Pengujian Ho dilakukan dengan membandingkan jumlah run dalam tabel observasi dengan nilai yang ada dalam tabel VIIa dan VII b dengan tingkat signifikansi tertentu.
Kaidah pengambilan keputusannya sebagai berikut:

Bila nilai run observasi berada diantara nilai run kecil (VIIa) dan run besar (VIIb), maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Posted by Silvia Astri Ys(AZifah)

Assalamualaikum,, kali ini postingan saya tentang Rumusan Hipotesis..

RUMUSAN HIPOTESIS
A.             DEFINISI.
Dalam statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang parameter populasi. Dalam penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiric dengan data.

B.             BENTUK RUMUSAN HIPOTESIS.
Bentuk-bentuk rumusan hipotesis penelitian, sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
        Hipotesis deskriptif (variabel mandiri).
        Hipotesis komparatif (perbandingan).
        Hipotesis asosiatif (hubungan)
1.                Hipotesis Deskriptif.
Adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Perhatikan beberapa contoh dibawah ini !

No
Rumusan masalah
Hipotesis
1
Seberapa lama daya tahan lampu merk X ?
Daya tahan lampu merk X mencapai 800 jam
2
Seberapa besar produktivitas jagung di kabupaten Jombang ?
Produktivitas jagung di kabupaten Jombang 10 ton/ha.
3
Seberapa baik kepemimpinan di instansi A ?
Kepemimpinan di instansi A telah  mencapai 75 % dari yang diharapkan.
4
Seberapa semangat belajar mahasiswa Prodi Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang ?
Semangat belajar mahasiswa Prodi Bahasa Inggris STKIP PGRI Jombang = 75% dari criteria ideal yang ditetapkan.

2.               Hipotesis Komparatif.
Hipotesis Komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
Contoh:

No
Rumusan masalah
Hipotesis
1
Bagaimana prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y.
a.       Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Y.
b.       Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan ( )Perguruan Tinggi Y.
c.        Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan  ( )Perguruan Tinggi Y.

3.               Hipotesis Hubungan (Asosiatif).
Hipotesis Asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :

No
Rumusan masalah
Hipotesis
1
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara  metode pembelajaran dengan prestasi belajar siswa. 
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara  metode pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.
2
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa.
Ho :  TIdak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara  metode pembelajaran dengan prestasi belajar siswa.
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara  tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa.

Karakteristik hipotesis yang baik:
1.               Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
2.               Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
3.               Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode – metode ilmiah.  
C.             TARAF KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS.
Pada dasarnya, menguji hipotesis adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir, yaitu, a point estimate dan interval estimate atau sering disebut confidence interval. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data sampel. Sedangkan ionterval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sampel.
Contoh :
           Daya tahan kerja orang Indonesia adalah 10 jam/hari (a point estimate).
           Daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai 12 jam/hari. (interval estimate).
Menaksir (menyusun hipotesis) menggunakan nilai tunggal (a point estimate) mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan interval estimate. Makin besar interval taksirannya, maka akan semakin kecil kesalahannya.

D.             DUA KESALAHAN DALAM PENGUJIAN HIPOTESIS.
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu:
1.               Kesalahan type I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan ά (alpha). 
2.               Kesalahan type II adalah suatu kesalahan bila menerima hipotesis nol yang salah (seharusnya ditolak). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan β (betha)
Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data, sama dengan nilai parameter polpulasi atau berada pada nilai interval parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima atau tidak terdapat kesalahan. Apabila nilai statistic di luar parameter populasi, maka akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini akan semakin besar bila nilai statistic jauh dari nilai parameter populasi.    



Welcome to My Blog

Dosen Pengampu matkul STATISTIKA DASAR

Dosen Pengampu matkul STATISTIKA DASAR
Mr. Apit Fathurohman,S.Pd.,M.Si

Pengunjung

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © STATISTIKA DASAR untuk penelitian -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -